Proses fisiologi bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk
berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang
serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan
artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi
tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di
otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan
struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan
motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba
berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek
motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan
artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat terdapat
pusat-pusat yang mengatur mekanisme berbahasa yakni dua pusat bahasa
reseptif area 41 dan 42 (area wernick), merupakan pusat persepsi
auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu
yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah
pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian
segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area
Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut berhubungan
satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan
masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada
membran timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang
kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian
dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea.
Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh
saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area
wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk
artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan
bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari
pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan
bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit).
Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan
sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Proses reseptif – Proses dekode
Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada
batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan
rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh
talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori pada girus
Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini
berasal dari sisi telinga yang berlawanan.
Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang
masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke
lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara masukan paralinguistik
berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal
kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal
kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi
informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses
dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara
melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir
pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan
lewat pengkodean tersebut.
Proses ekspresif – Proses encode
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur
untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan
melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi
verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik
yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi.
Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan.
Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan
enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses
enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu
pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini
terjadi antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses
decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam proses
perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan
ekspresif harus berkembang dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar