Sinonim
Nama lain untuk hiperhidrosis antara lain: keringat berlebihan, hyperhidrosis, hyperidrosis, polyhidrosis, excessive sweating.
Penyebab (Etiologi)
Secara umum, penyebab hiperhidrosis dapat tidak diketahui penyebabnya
(idiopathic), merupakan kondisi sekunder terhadap penyakit lainnya
gangguan metabolik, demam, penggunaan obat-obat tertentu,
Berbagai referensi juga menyebutkan berbagai penyebab hiperhidrosis
antara lain: makanan pedas, minuman (panas/berkafein/beralkohol),
overdosis obat (morfin, aspirin), menopause, TBC, malaria, serangan
jantung, penyakit tertentu (thyrotoxicosis, hyperthyroidism,
hypoglycemia, leukaemia, lymphoma, pheochromocytoma). Spinal cord injury
(cedera tulang belakang). Ketidaknormalan sistem saraf yang
mengendalikan keringat juga merupakan penyebab hiperhidrosis (Anurogo D,
2008).
Generalized hyperhidrosis dapat merupakan kondisi sekunder dari berbagai kondisi berikut ini:
1. Penyakit neurologis (berhubungan dengan saraf) atau neoplastik (berhubungan dengan neoplasma)
2. Gangguan atau proses metabolik (misalnya: thyrotoxicosis, diabetes
mellitus, hypoglycemia, gout, pheochromocytoma, menopause)
3. Demam (febrile illnesses)
4. Penggunaan obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan hiperhidrosis misalnya:
propranolol, physostigmine, pilocarpine, tricyclic antidepressants, dan
serotonin reuptake inhibitors. Khusus untuk efavirenz dapat mencetuskan
keringat berlebihan pada malam hari (excessive nocturnal sweating).
5. Konsumsi alkohol dalam waktu yang lama (chronic alcoholism)
6. Hodgkin disease atau tuberculosis (pada nocturnal hyperhidrosis).
Untuk localized hyperhidrosis, dapat disebabkan oleh berbagai kondisi berikut ini:
1. Rangsang pengecapan atau gustatory (berhubungan dengan Frey
syndrome, encephalitis, syringomyelia, diabetic neuropathies, herpes
zoster parotitis, dan abses parotid)
2. Eccrine nevus
3. Eccrine angiomatous hamartoma
4. Blue rubber-bleb nevus
5. Tumor glomus
6. Sindrom POEMS, yaitu:
a. Peripheral neuropathy,
b. Organomegaly (pembesaran organ tubuh),
c. Endocrinopathy (penyakit hormonal),
d. Monoclonal plasma-proliferative disorder,
e. Skin changes (perubahan kulit)
7. Sensasi kaki terbakar (burning feet syndrome)
8. Pachydermoperiostosis
9. Pretibial myxedema
Keadaan localized unilateral or segmental hyperhidrosis merupakan
kondisi yang jarang dijumpai dan belum diketahui penyebabnya. Kondisi
ini biasanya mengenai lengan bawah atau dahi.
Patofisiologi (Proses Perjalanan Penyakit)
Menurut Schwartz RA, et.al., (2009), ada tiga bentuk hyperhidrosis:
1. Dipicu oleh kondisi emosional (emotionally induced)
2. Setempat (localized)
3. Umum (generalized)
Generalized hyperhidrosis dapat disebabkan oleh disregulasi otonom,
atau merupakan keadaan sekunder dari gangguan metabolik, febrile
illness, atau keganasan.
Bentuk hiperhidrosis setempat (localized hyperhidrosis) merupakan
hasil atau akibat dari gangguan yang diikuti regenerasi abnormal
saraf-saraf simpatik atau ketidaknormalan setempat di sejumlah atau pada
penyebaran kelenjar ekrin (exocrine glands), atau dapat juga
berhubungan dengan ketidaknormalan lainnya (biasanya berhubungan dengan
pembuluh darah/vaskuler).
Intinya, hiperhidrosis merupakan suatu gangguan kelenjar keringat
ekrin yang berhubungan dengan overaktivitas simpatik. Ini bukanlah
gangguan generalisata yang melibatkan vascular endothelium.
Manifestasi Klinis
Keringat berlebihan pada (telapak) tangan, ketiak, daerah kemaluan,
(telapak) kaki; dapat dipicu oleh stres, emosi, olahraga. Sering ganti
pakaian.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis hiperhidrosis dan menyingkirkan berbagai diagnosis banding
adalah sebagai berikut ini:
1. Tes fungsi tiroid, untuk menyatakan kemungkinan hipertiroidisme atau tirotoksikosis.
2. Kadar glukosa darah, untuk menyatakan kemungkinan diabetes mellitus atau hipoglikemia.
3. Pemeriksaan katekolamin urin, untuk menyatakan kemungkinan pheochromocytoma.
4. Kadar asam urat, untuk menyatakan kemungkinan gout.
5. Tes purified protein derivative (PPD) sebagai screening untuk tuberkulosis.
6. Rontgen dada (chest radiography), untuk menyingkirkan kemungkinan tuberkulosis atau penyebab neoplastik.
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya ada lima alternatif penatalaksanaan kasus hiperhidrosis, antara lain:
1. Agen topikal
2. Agen sistemik
3. Iontophoresis
4. Suntikan Botox (Botulinum toxin injections)
5. Pembedahan
Agen Topikal
Menurut Sato K, et.al. (1989), agen topikal termasuk topical
anticholinergics, boric acid, 2-5% tannic acid solutions, resorcinol,
potassium permanganate, formaldehyde (yang dapat menyebabkan
sensitisasi), glutaraldehyde, dan methenamine.
Drysol (20% aluminum chloride hexahydrate dalam absolute anhydrous
ethyl alcohol) umum digunakan sebagai lini pertama agen topikal, dipakai
pada malam hari pada kulit yang kering.
Untuk meminimalkan iritasi, sisa obat sebaiknya dicuci saat pasien
bangun tidur, lalu daerah tersebut dinetralkan dengan aplikasi topikal
baking soda.
Agen Sistemik
Menurut Klaber M, Catterall M. (2000), agen sistemik di antaranya adalah
antikolinergik, sedatives dan tranquilizers, indomethacin, dan
penghambat saluran kalsium (calcium channel blockers).
Antikolinergik seperti propantheline bromide, glycopyrrolate,
oxybutynin, dan benztropine efektif karena neurotransmiter preglandular
untuk sekresi keringat adalah asetilkolin (meskipun sistem saraf
simpatik merangsang kerja (meng-innervate) kelenjar keringat ekrin.
Penggunaan antikolinergik mungkin tidak begitu menarik karena efek
sampingnya seperti: refleks dilatasi pupil (mydriasis), penglihatan
kabur (blurry vision), mulut dan mata terasa kering, sulit kencing, dan
konstipasi.
Agen sistemik lainnya seperti sedatives dan tranquilizers,
indomethacin, dan calcium channel blockers, bermanfaat untuk mengobati
palmoplantar hyperhidrosis, yaitu hiperhidrosis di daerah telapak tangan
dan telapak kaki.
Iontophoresis
Untuk kasus palmoplantar hyperhidrosis, dosis harian untuk setiap
telapak tangan atau telapak kaki selama 30 menit adalah 15-20 mA dengan
tap water iontophoresis. Menurut Abell E dan Morgan K (1974), terapi
dengan anticholinergic iontophoresis lebih efektif daripada dengan tap
water iontophoresis.
Suntikan Botox
Menurut Fujita M, et.al. (2001), suntikan Botulinum toxin efektif karena
efek antikolinergiknya pada neuromuscular junction dan pada
postganglionic sympathetic cholinergic nerves di kelenjar keringat.
Pembedahan
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hiperhidrosis
antara lain: sympathectomy, eksisi daerah yang mengalami hiperhdrosis,
penggunaan laser 1064-nm Nd-YAG, dan liposuction subkutan.
Sympathectomy merupakan pilihan terakhir di dalam penatalaksanaan
hiperhidrosis karena melibatkan tindakan perusakan (surgical
destruction) ganglia yang bertanggung jawab atas terjadinya
hiperhidrosis (Hsu CP, et.al., 2001).
Ganglia thoracic kedua (T2) dan ketiga (T3) bertanggung jawab untuk
palmar hyperhidrosis. Ganglia thoracic keempat (T4) mengendalikan
axillary hyperhidrosis. Sedangkan ganglia thoracic pertama (T1)
mengontrol facial hyperhidrosis.
Dua pendekatan pembedahan yang dilakukan: pendekatan terbuka dan
endoskopik. Pendekatan endoskopik lebih disukai karena proses perbaikan
dari komplikasi, surgical scars, dan waktu pembedahan. Sehingga jelaslah
bahwa endoscopic thoracic sympathectomy merupakan terapi yang efektif
untuk hiperhidrosis.
Diagnosis Banding
Berbagai penyakit yang perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding hiperhidrosis antara lain:
1. Burning feet syndrome
2. Blue Rubber Bleb Nevus Syndrome
3. Demam (febrile illnesses)
4. Diabetes mellitus
5. Eccrine angiomatous hamartoma
6. Eccrine nevus
7. Gout
8. Hipoglikemia
9. Hodgkin disease
10. Menopause
11. Pachydermoperiostosis
12. Penggunaan alkohol dalam waktu lama (chronic alcoholism)
13. Penggunaan obat-obatan (misalnya: propranolol, physostigmine, pilocarpine, tricyclic antidepressants, venlafaxine)
14. Penyakit neoplastik
15. Penyakit neurologis
16. Pheochromocytoma
17. POEMS Syndrome
18. Pretibial Myxedema
19. Riley-Day syndrome (familial dysautonomia)
20. TBC (Tuberculosis)
21. Tirotoksikosis
22. Tumor glomus
Komplikasi
Beberapa kasus hiperhidrosis yang berat dapat mengurangi kualitas hidup
pasien, misalnya menimbulkan penderitaan psikologis yang mendalam (great
emotional distress), malu berinteraksi dengan masyarakat (social
embarrassment), dan ketidakmampuan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Berkeringatnya telapak kaki dan tangan (palmoplantar sweating) dapat
menyebabkan iritasi pada kulit yang terkena, yang pada akhirnya memicu
gerakan menggosok-gosok.
Hiperhidrosis di ketiak menimbulkan bau tak sedap, menimbulkan rasa malu.
Pencegahan
Bersihkan kulit setiap malam dan pagi. Hindari pakaian dari bahan lycra
dan nylon. Lebih baik gunakan emollient (penyejuk, pelembut kulit) dan
moisturizer (pelembab kulit) daripada sabun. Pakailah warna yang tidak
menampakkan keringat, misal: hitam, putih (Anurogo D, 2008).
Prognosis
Hiperhidrosis sukar diterapi secara efektif. Meskipun demikian, dengan
berbagai modalitas terapi yang tersedia sekarang, pasien memiliki banyak
pilihan sehingga prognosisnya menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar