Selasa, 14 April 2015

AKUT ABDOMEN



Akut Abdomen
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan darurat
dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan.
Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau
obstruksi pada alat pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti
pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran peritoneum karena perforasi tukak
lambung, perforasi dari Payer's patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma.
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada
daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma abdomen berupa
vulnus abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan
setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa observasi yang ketat.
Nyeri abdomen dan perdarahan merupakan suatu malapetaka yang sangat besar bagi seorang
penderita yang menderita akut abdomen alat pencernaan pada orang dewasa. Oleh karena
itu dokter yang memberikan pertolongan pertama harus memastikan dengan segera
1. diagnosis kerja sementara,
2. mengambil langkah-langkah untuk membuktikan kebenaran diagnosis dan
3. mengambil langkah-langkah penanggulangan yang tepat selama pembuktian kebenaran diagnosis.
Untuk penegakan diagnosis diperlukan pengumpulan data dengan mengadakan penelitian
terhadap penderita melalui pemeriksaan fisik penderita secara sistematis yang dimulai dengan
anamnesis penderita ditambah dengan pemeriksaan tambahan dan khusus. Bila penderita tidak sadar
atau terlalu sakit bisa dilakukan anamnesa keluarga (allo-anamnesa)Fk unmul 2004 2
Tabel 1. Diagnosis Banding Akut Abdomen
Anamnesis
Pada suatu penyakit bedah darurat anamnesis merupakan pemeriksaan yang sangat panting. Bahanbahan utama yang dapat diperoleh melalui anamnesis yang memberikan informasi
Sangat berharga pads proses penegakan diagnosis adalah :
A. Lokasi nyeri
Di atas telah diberikan daftar kemungkinan diagnosis banding dari penyakit-penyakit berdasarkan
lokasi.
Kwandran kanan atas:
1. Cholecystitis acute
2. Perforasi tukak duodeni
3. Pancreatitis acute
4. Hepatitis acute
5. Acute congestive hepatomegaly
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Abses hepar
Kwandran kiri atas:
1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak lambung
3. Pancreatitis acute
4. Ruptur aneurisma aorta
5. Perforasi colon (tumor/corpus
alineum)
6. Pneumonia + pleuritis
7. Pyelonefritis acute
8. Infark miokard akut
Paraumbilical:
1. Ileus obstruksi
2. Appendicitis
3. Pancreatitis acute
4. Trombosis A/V mesentrial
5. Hernia Inguinalis strangulata
6. Aneurisma aorta yang pecah
7. Diverculitis (ileum/colon)
Kwandran kanan bawah:
1. Appendicitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Diverticulitis Meckel
7. Ileus regionalis
8. Psoas abses
9. Batu ureter (kolik)
Kwandran kiri bawah:
1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Perforasi colon descenden (tumor, corpus
alineum)
7. Psoas abses
8. Batu ureter (kolik)Fk unmul 2004 3
B. Radiasi perasaan nyeri
Kadang-kadang informasi mengenai cara penyebaran rasa nyeri (radiasi perasaan nyeri) dapat
memberikan petunjuk mengenai asal-usul atau lokasi penyebab nyeri itu. Nyeri yang berasal dari
saluran empedu menjalar ke sam ping sampai bagian bawah scapula kanan. Nyeri karena
appendicitis dapat mulai dari daerah epigastrium untuk ketnudian berpindah ke kwadran kanan
bawah. Nyeri dari daerah rektum dapat menetap di daerah punggung bawah.
C. Bentuk rasa nyeri
Nyeri pada akut abdomen dapat berbentuk nyeri terusmenerus atau berupa kolik
D. Perubahan fisiologi alat pencernaan
1. Nafsu makan, mual, muntah
2. Defekasi teratur, mencret, obstipasi
3. Perut kembung, serangan kolik
4. Sudah berapa lama semua perubahan ini berlangsung
E. Perubahan anatomi
1. Adanya benjolan neoplasma
2. Adanya luka akibat trauma
3. Adanya bekas operasi
Pemeriksaan fisik dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita (status generalis)
untuk evaluasi keadaan sistim pemafasan, sistim kardiovaskuler dan sistim saraf yang merupakan sistim
vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan lokal (status lokalis abdomen) pada
penderita dilaksapakan secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tanda-tanda
khusus pada akut abdomen tergantung pada penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau
obstruksi.
Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri didaerah abdomen.
Penderita pucat, keringat dingin.
Bekas-bekas trauma pads dinding abdomen, memar, luka,prolaps omentum atau usus.
Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus, maka
harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik.
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya
kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).
Keadaan nutrisi penderita.
B. Palpasi
a) Akut abdomen memberikan rangsangan pads peritoneum melalui peradangan atau iritasi
peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena iritasi.
b) Palpasi akan menunjukkan 2 gejala :
1. Perasaan nyeri
2. Kejang otot (muscular rigidity, defense musculaire)Fk unmul 2004 4
1.Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus menerus akan bertambah pads waktu palpasi sehingga
dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah
peradangan pads penekanan dinding abdomen di daerah lain.
2. Kejang otot (defense musculaire, muscular rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pads peritonitis diffusa yang karena rangsangan palpasi
bertambah sehingga secara refleks terjadi kejang otot.
C. Perkusi
Perkusi pads akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal.
1) Perasaan nyeri oleh ketokan pads jari. Ini disebut sebagai nyeri ketok.
2) Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas pads ileus obstruksi
rendah.
D. Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen terjadi perangsangan peritoneum yang
secara refleks akan mengakibatkan ileus paralitik.
E. Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga merupakan
pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma pads rektum atau keadaan ampulla recti
apakah berisi faeces atau teraba tumor.
Setelah data-data pemeriksaan fisik terkumpul diperlukan juga pemeriksaan tambahan berupa :
1. Pemeriksaan laboratorium
A) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian
pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pads hepar.
B) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pads saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum
dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
2. Pemeriksaan radiologi
A) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk menyingkirkan adanya
kelainan pada thoraks atau trauma pads thoraks.
Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus dalam
rongga thoraks pada hernia diafragmatika.Fk unmul 2004 5
B) Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperitoneal dekat
duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
C) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
D) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
3.Pemeriksaan khusus
A) Abdominal paracentesis
Merupalcan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan
dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
B) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.
C) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi.
D) Pemasangan nasogastric tube (NGT)
untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan dan
pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalahmasalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian dapat ditentukan tujuan pengobatan
bagi penderita dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.
TUJUAN PENGOBATAN
Dapat dibagi dua :
1) Penyelamatan jiwa penderita
2) Meminimalisasi kemungkinanterjadinyacacaddalam fungsi fisiologis alat pencemaan penderita.
Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
1) Tindakan penanggulangan darurat
A) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan kardiovaskuler yang
merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita. Bila sistim vital penderita sudah stabil dilakukan
tindakan lanjutan berupa (B) dan (C).
B) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
C) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.Fk unmul 2004 6
2)Tindakan penanggulangan definitif
Tujuan pengobatan di sini adalah :
1) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
2) Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
a. menghilangkan sumber kontaminasi.
b. meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan membersihkan rongga peritoneum.
c. mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin usus yang sehat
untuk meminimalisasi cacat fisiologis.
Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga abdomen yang
dinamakan laparotomi.
Laparotomi eksplorasi darurat
A) Tindakan sebelum operasi
1. Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus stabil. Bila ini tidak
mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat besar, dilaksanakan operasi langsung untuk
menghentikan sumber perdarahan.
2. Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3. Pemasangan dauer-katheter
4. Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan persangkaan perforasi usus,
shock berat atau trauma multipel.
5. Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga, haemothoraks atau pneumothoraks.
B) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median panjang.
C) Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1. Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2. Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin.
Bila perdarahan berasal dari organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon
abdomen untuk sementara.
Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan dengan penggunaan klem vaskuler.
Perdarahan dari vena besar dihentikan dengan penekanan langsung.
3. Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan kesempatan pads anestesi untuk
memperbaiki volume darah.
4. Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang perforasi atau reseksi usus
dengan anastomosis.
5. Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl fisiologik.
6. Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis dari seluruh organ
dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan memperhatikan daerah
retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
7. Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan subkutis serta kutis dibiarkan

Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada apendisitis atau sekunder melalui suatu peritonitis karena perforasi tukak lambung, perforasi dari Payer’s patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat trauma (Dombal and Margulies, 1996)
Tanda dan Gejala
2.3.1 Nyeri perut
Keluhan yang paling menonjol pada gawat perut adalah nyeri. Nyeri perut ini dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau diluar rongga perut, misalnya di rongga dada.
2.3.1.1 Jenis Nyeri Perut
2.3.1.1.1 Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral (Sjamsuhidajat et all,2004).
Gambar 2. Letak nyeri sesuai dengan asal organ pada masa embrional.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus besar sampai pertengahan kolon transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya adalah hindgut yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak(Sjamsuhidajat , dkk., 2004).
2.3.1.1.2 Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang (Sjamsuhidajat dkk., 2004).
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2.3.1.2 Letak nyeri perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal organ tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya. Nyeri pada anak presekolah sulit ditentukan letaknya karena mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat bila ditanya tentang nyerinya. Anak yang lebih besar baru dapat menentukan letak nyeri (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2.3.1.3 Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada diafragma (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2.3.1.3.1 Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia mayora pada wanita atau testis pada pria (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2.3.1.3.2 Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster. Radang saraf pada herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di dinding perut sebelum gejala tau tanda herpes menjadi jelas (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).


2.3.1.3.3 Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada rongga di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri kontinyu atau nyeri kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2.3.1.3.4 Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat (Sjamsuhidaja, dkk., 2004).
2.3.1.3.5 Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan, penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.
2.3.1.3.6 Nyeri iskemik         
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
2.3.1.3.7 Nyeri pindah
Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap awal appendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual. Setelah radang mencapai diseluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan yang merupakan nyeri somatik. Nyeri pada saat itu dirasakan tepat pada peritoneum yang meradang, yaitu perut kuadran kanan bawah. Jika appendiks mengalami nekrosis dan ganggren nyeri berubah lagi menjadi nyeri yang hebat menetap dan tidak mereda. Penderita dapat jatuh pada keadaan yang toksis.
Pada perforasi tukak peptikduodenum, isi duodenum yang terdiri dari cairan asam garam empedu masuk ke rongga abdomen sehingga merangsang peritoneum setempat. Pasien akan merasakan nyeri pada bagian epigastrium. Setelah beberapa saat cairan duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui jalan di sebelah lateral kolon ascendens sampai sekitar caecum. Nyeri akan berkurang karena terjadi pengenceran. Pasien sering mengeluh nyeri berpindah dari ulu hati pindah ke kanan bawah.proses ini berbeda dengan yang terjadi pada appendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan ini, appendisitis akut maupun perforasi duodeum akan mengakibatkan general peritonitis jika tidak segera ditangani dengan baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar